pendidikan ipa
07/11/2010 11:22TUGAS PENDIIDKAN IPA SD
Dosen : Herry Sanyoto
KELOMPOK :
1. SUDIYARTO ELAI NUGROHO 292008014
2. ACHMAD NURUL MUBIN 292008018
3. IRFAN NOVIANTO 292008098
4. RIRIN YUNITASARI 292008114
5. MIFTA ANDIN AYUNINGTYAS 292008137
6. VERENA NATANIA PRATAMI 292008168
KELAS : E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2010
TEORI BELAJAR
A. Teori Belajar Piaget Mengenai Perkembangan Kognitif
Ilmu pengetahuan alam merupakan disiplin ilmu, sehingga penerapannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Oleh karena itu cara pengajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar harus dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Mereka perlu diberi kesempatan untuk berlatih, misalnya keterampilan-keterampilan proses IPA sehinggga mereka dapat berfikir dan memiliki sikap ilmiah.
Ada berbagai macam teori belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain Teori belajar Piaget (kognitif), Teori belajar Behavioristik, Teori belajar Humanistik , Teori belajar Konstruktivistik, Teori belajar Gestalt , Teori Humanistik, dari beberapa macam teori itu yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori Piaget.
Teori piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa, mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di sekolah. Ide-ide yang mereka bentuk dan pengajaran IPA yang didapat di sekolah disimpan bersama di dalam struktur kognitif mereka.
Terdapat empat konsep dasar untuk memahami proses perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut :
1. Skema
Istilah skema yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi.
2. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skema baru atau pengubahan skema lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode yaitu :
1. Periode Sensorimotor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
2. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
3. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
4. Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget juga mengemukakan 4 aspek besar yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yaitu :
- Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
- Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
- Interaksi sosial, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
- Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, pengalaman fisis, dan interksi sosial.
B. Penerapan Teori Piaget Dalam Pembelajaran IPA Di Kelas.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru, tetapi tidak asing
- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Terdapat tiga gagasan penting didalam pendidikan IPA. Tiga gagasan tersebut diyakini oleh para pakar pendidikan IPA dapat menolong murid tumbuh dalam pemikiran ilmiahnya, yaitu :
1. Anak pada semua tahap perkembangan kognitif perlu untuk berbagi pengalaman dengan teman – temannya, belajar atau mempelajari pandangan orang lain.
Dampak positif dari berbagi pengalaman dengan teman adalah anak yang mendapat pengalaman untuk mendengar pendapat dan pandangan orang lain akan bersikap realistis terhadap pendapat sendiri. Anak yang bekerja kelompok dengan berbagai perbedaan akan mendapat pengalaman belajar lebih banyak karena mereka saling membantu serta bertukar pikiran.
2. Siswa perlu melakukan eksplorasi sifat – sifat fisis berbagai obyek ( benda kongkrit ).
Perlunya bekerja dengan benda kongkrit supaya mereka dapat menangkap dan memahami hal – hal yang bersifat abstrak, maka terlebih dahulu harus disediakan benda sebanyak – banyaknya yang dapat diotak – atik oleh anak yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.
3. Disamping mengotak – atik obyek dan mengeksplorasi sifat – sifatnya, anak harus melakukan operasi mental dengan obyeknya. Mereka perlu mengubah obyek atau kejadian, mengorganisasikan hasilnya, dan memikirkan operasi – operasi ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Sumber : Http//www.Teori belajar.com
———
Back